KOLOID DAN KIMIA
ANTAR MUKA
Dosen Pengampu :
Dr. Nazaruddin, M.Si
Disusun Oleh :
Reza Novrielman
RRA1C109012
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri
batik nasional semakin berkembang. Pada beberapa daerah mulai muncul kampung
batik sebagai sentra batik khas daerah masing-masing. Industry batik tergolong
home industry dengan batik tulisnya.
Dalam proses produksinya, industri batik banyak meggunakan bahan-bahan
kimia dan air. Bahan kimia ini biasanya digunakan pada proses pewarnaan atau
pencelupan. Pada umumnya polutan yang terkandung dalam limbah industri batik
dapat berupa logam berat, padatan tersuspensi, atau zat organik.
Proses pembatikan secara garis besar terdiri
dari pemolaan, pembatikan tulis, pewarnaan/pencelupan, pelodoran/penghilangan
lilin, dan penyempurnaan. Proses persiapan bahan, pewarnaan dan pelodoran
menghasilkan limbah cair dengan kandungan COD dan warna yang tinggi. Dengan
demikian untuk parameter COD yang mencapai 3039,7 mg/l pada limbah cair batik
ini telah sangat melebihi baku mutu limbah cair. Agar memenuhi baku mutu yang ditetapkan maka
harus dilakukan pengolahan terhadap limbah ini sebelum dibuang ke badan air.
Salah
satu alternatif pengolahan yang dilakukan adalah dengan adsorbsi. Secara teoritik, salah satu yang cukup
familiar dan efisiensinya cukup tinggi dalam proses adsorpsi warna adalah
memakai adsorben karbon aktif. Tetapi secara umum diketahui bahwa jenis
adsorben karbon aktif yang biasa digunakan, dinilai terlalu mahal karena
umumnya dijual dalam bentuk powder sehingga tidak bisa dipakai berulang kali
(regenerasi) seperti adsorben berbentuk granular.
Oleh
karena itu, pada penelitian ini dilakukan percobaan secara batch dan kontinyu
dengan menggunakan adsorben arang batok kelapa dalam bentuk granular dimana
relatif mudah dalam mendapatkannya , harganya relatif murah dan bisa dipakai
berulang-ulang (regenerasi) sehingga menjadi nilai positif tersendiri untuk
memilih arang batok kelapa sebagai adsorben.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apakah yang
dimaksud dengan adsorben arang batok kelapa?
2.
Apakah yang
dimaksud dengan adsorpsi?
3.
Apa sajakah
faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi?
4.
Bagaimanakah
prinsip pengolahan limbah cair batik?
1.3 Tujuan
1.
Pembaca bisa
mengatahui pengertian adsorben arang batok kelapa.
2.
Pembaca bisa
mengatahui pengertian adsorpsi.
3.
Pembaca bisa
mengatahui faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi.
4.
Pembaca bisa
mengatahui prinsip pengolahan limbah cair cair batik.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Deskripsi
Pengolahan Limbah Cair Batik
Karbon dapat menjerap substansi terlarut ke dalam porinya. Ada banyak
material yang digunakan sebagai adsorban tapi karbon adalah pilihan yang tepat
untuk pengolahan air karena dapat menghilangkan range yang luas zat pencemar. Karbon aktif mempunyai banyak kapiler dalam
partikel karbon dan permukaannya tersedia untuk adsorpsi termasuk permukaan
dari pori-pori di dalam penambahan permukaan luar. Area permukaan pori melebihi
area permukaan dari partikel dan adsorpsi paling banyak terjadi pada permukaan
pori. Untuk karbon aktif, rasio total area permukaan sangat luas.
Pada adsorpsi kimia, reaksi kimia terjadi terjadi antara padatan dan
solute yang diserap, dan reaksi selalu tidak berbalik. Adsorpsi kimia jarang
digunakan di dalam environmental engineering .
Karbon aktif banyak terbuat dari material seperti kayu, serbuk gergaji,
biji buah dan batok kelapa, batu bara, lignite, dan residu minyak tanah.
Pembentukan karbon aktif ini terdiri dari karbonisasi dari padatan diikuti aktivasi
menggunakan uap panas.
Di kalangan kimiawan dan pakar lingkungan hidup, kelapa juga dapat
didayagunakan sebagai adsorben/penyerap. Untuk polutan yang masuk ke tubuh
manusia seperti keracunan pestisida ataupun kation logam seperti Pb, Hg, Cd,
dan sebagainya, air kelapa sangat dianjurkan untuk diminum. Hal ini dikarenakan
air kelapa dapat menetralkan racun sebagaimana susu.
Untuk polutan yang masuk ke lingkungan hidup, bagian dari sabut dan
tempurung kelapa sangat potensial didayagunakan sebagai adsorben terutama untuk
polutan logam berat yang sangat berbahaya bagi manusia. Sebagai contoh untuk
masyarakat yang air minumnya bergantung pada air sumur dapat memanfaatkan
matras sabut kelapa yang telah dicelup pada zat pewarna wantex untuk menyerap
logam berat mangan (Mn) dengan hasil 1 gr matras- wantex dapat menyerap 4,69 mg
Mn.
Dari penelitian lain di Universitas Lampung menyebutkan arang tempurung
kelapa juga mempunyai kemampuan untuk menyerap logam berat Pb, Fe, dan Cu, Arang
tempurung kelapa yang paling efektif untuk menyerap logam berat adalah arang
yang telah diaktivasi dan ditambahkan ZnCl 2. Selain untuk logam berat, arang
tempurung kelapa juga baik diterapkan dalam pengolahan limbah air industri dan
dalam pengolahan emas.
Proses
batch dilakukan pada skala laboratorium dengan mencampurkan antara media dan
solute , juga dilakukan agitasi agar terjadi kontak secara merata. Tujuan dari
proses batch ini adalah untuk mengetahui karakteristik adsorban yang digunakan
yang dinyatakan dalam hubungan antara penurunan zat yang diserap dan berat
adsorban yang digunakan dalam koefisien-koefisien dari persamaan-persamaan yang
ada.
Hasil
proses batch ini dapat ditampilkan dalam bentuk kurva adsorpsi isoterm. Selain
bertujuan menghasilkan kurva isotherm, penelitian proses batch jug dapat
digunakan untuk mengukur efisiensi removal yang terjadi setelah proses adsorpsi
berlangsung secara batch.
Efisiensi
removal diukur dengan membandingkan konsentrasi limbah sebelum proses adsorpsi
dan setelah proses adsorpsi. Dalam proses batch ini dimungkinkan untuk
melakukan penelitian terhadap beberapa variable seperti kecepatan pengadukan,
waktu pengadukan, diameter adsorben, massa adsorben, konsentrasi limbah.
2.2
Definisi
Adsorbsi
Adsorpsi adalah salah satu dari sifat koloid yang
merupakan proses penyerapan suatu partikel zat baik berupa ion, atom, atau
molekul pada permukaan zat lain. Adsorpsi terjadi karena adanya gaya tarik yang
tidak seimbang pada partikel zat yang berada pada permukaan absorben.
Gambar ilustrasi proses terjadinya adsorpsi dengan
menggunakan karbon aktif.
Dalam sistem koloid, partikel-partikel fase terdispersi
tersebar merata dalam medium pendispersinya sebagai molekul-molekul yang sangat
halus. Setiap partikel-pertikel koloid mempunyei permukaan yang berbatasan
dengan mediumnya. Permukaan partikel ini mempunyai kemampuan adsorpsi sangat
besar.
Apabila partikel koloid mengadsorpsi ion-ion yang ada di
dalam medium pendispersi, maka partikel-partikel koloid menjadi bermuatan
listrik. Adsorpsi mengakibatkan partikel-partikel koloid menjadi bermuatan
sejenis. Oleh karena itu, partikel-partikel koloid saling berjauhan sehingga tidak
terjadi penggumpalan. Hal inilah yang membuat kolid stabil.
Atas dasar fenomena kejadiannya, adsorpsi juga dibedakan
menjadi tiga macam. Yang pertama disebut chemisorption, terjadi karena ikatan
kimia (chemical bonding) antara molekul zat terlarut (solute) dengan molekul
adsorban. Adsorpsi ini bersifat sangat eksotermis dan tidak dapat berbalik
(irreversible). Yang kedua, adsorpsi fisika (physical adsorption, terjadi
karena gaya tarik molekul oleh gaya van der Waals dan yang ketiga disebut ion
exchange (pertukaran ion), terjadi karena gaya elektrostatis.
Sifat adsorpsi koloid dimanfaatkan untuk proses-proses
berikut :
1.
Proses pewarnaan pada industri tekstil dengan larutan
basa.
2.
Proses pemisahan mineral logam dari bijihnya pada
industri logam.
3. Penjernihan
air tebu pada proses pembuatan gula pasir, menggunakan tanah diatome atau arang
tulang.
4. Proses
penyembuhan sakit perut karena bakteri patogen, menggunakan norit atau serbuk
karbon.
5. Penjernihan
air dengan karbon aktif pada proses pengolahan air minum yang dapat
mengadsorpsi warna, rasa dan warna.
6. Adsorpsi
racun-racun berwujud gas dengan arang halus pada penggunaan masker gas.
2.3 Faktor
yang Mempengaruhi Adsorbsi
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorbsi
(Prawira, 2008) adalah sebagai berikut:
1.
Agitation
(Pengadukan)
Tingkat
adsorbsi dikontrol baik oleh difusi film maupun difusi pori, tergantung pada
tingkat pengadukan pada sistem.
2.
Karakteristik Adsorban
(Karbon Aktif)
Ukuran
partikel dan luas permukaan merupakan karakteristik penting karbon aktif sesuai
dengan fungsinya sebagai adsorban. Ukuran partikel karbon mempengaruhi tingkat
adsorbsi; tingkat adsorbsi naik dengan adanya penurunan ukuran partikel. Oleh
karena itu adsorbsi menggunakan karbon PAC (Powdered Acivated Carbon) lebih
cepat dibandingkan dengan menggunakan karbon GAC (Granular Acivated Carbon).
Kapasitas total adsorbsi karbon tergantung pada luas permukaannya. Ukuran
partikel karbon tidak mempengaruhi luas permukaanya. Oleh sebab itu GAC atau
PAC dengan berat yang sama memiliki kapasitas adsorbsi yang sama.
3.
Kelarutan Adsorbat
Senyawa
terlarut memiliki gaya tarik-menarik yang kuat terhadap pelarutnya sehingga
lebih sulit diadsorbsi dibandingkan senyawa tidak larut.
4.
Ukuran Molekul Adsorbat
Tingkat
adsorbsi pada aliphatic, aldehyde, atau alkohol biasanya naik diikuti dengan
kenaikan ukuran molekul. Hal ini dapat dijelaskan dengan kenyataan bahwa gaya
tarik antara karbon dan molekul akan semakin besar ketika ukuran molekul
semakin mendekati ukuran pori karbon. Tingkat adsorbsi tertinggi terjadi jika
pori karbon cukup besar untuk dilewati oleh molekul.
5.
pH (Derajat Keasaman)
Asam
organik lebih mudah teradsorbsi pada pH rendah, sedangkan adsorbsi basa organik
efektif pada pH tinggi.
6.
Temperatur
Tingkat
adsorbsi naik diikuti dengan kenaikan temperatur dan turun diikuti dengan
penurunan temperatur.
Berdasarkan
jenis adsorbatnya, tingkat adsorpsi digolongkan menjadi tiga, yaitu lemah
(weak), terjadi pada zat anorganik kecuali golongan halogen (salah satunya
adalah klor). Adsorpsi menengah (medium), terjadi pada zat organik alifatik dan
adsorpsi kuat (strong) terjadi pada senyawa aromatik (zat organik yang berbau
(aroma) dengan struktur benzene (C6H6).
2.4 Prinsip
Pengolahan Limbah Cair Batik Menggunakan Arang
A. Uji Media Arang Batok
- Uji ketahanan fisik media Uji
ketahanan fisik media bertujuan untuk mengetahui pengurangan berat media
setelah dilakukan perendaman dengan larutan HCL 20%. Kelayakan fisik media
dapat terpenuhi apabila pengurangan berat media tidak lebih dari 2% berat media
mula-mula. Langkah-langkah dalam uji ini adalah (Yuniarto, 1999) a. Menimbang
10 gram media adsorban yang sudah diayak dan telah disimpan dalam oven 105 C.
Ditimbang sebagai berat berat bersih mula-mula. b. Merendam media dalam larutan
HCL 20% selama 24 jam c. Meniriskan dan kemudian mengeringkannya dalam oven 105
C selama 24 jam d. Menimbang media sebagai berat kering akhir .
- Uji densitas media Uji densitas
media meliputi Apparent Density dan True Bulk Density. Apparent density
merupakan berat jenis bahan media kondisi kering, sedangkan true bulk density
merupakan berat jenis media pada keadaan jenuh air. Pada penelitian ini
dilakukan uji densitas media dengan prosedur (Degremont, 1979) sebagai berikut:
A. True Bulk Density
a. Menimbang 50 gram media yang telah
dikeringkan
b. Memasukkan dalam beaker glass dan merendam
media dengan air suling. Untuk menghilangkan gelembung-gelembung udara yang
terperangkap dilakukan dengan pemanasan atau pendidihan, pengadukan dan
pengetukan.
c. Setelah dingin dilakukan
pemisahan media dengan air.
d. Melakukan penimbangan terhadap
media basah tersebut (sebagai P gram)
e. Memasukkan media yang telah
ditimbang ke dalam gelas ukur 250 ml yang telah berisi 100 ml air suling
f. Volume yang terjadi dibaca sebagai V ml
g. Mendapatkan true bulk density
dengan rumus: PTd (gram/ml) =
50/(V-P-50)
B. Apparent Density
a. Memasukkan media adsorban yang
telah dikeringkan sebanyak kira-kira 50 ml ke dalam gelas ukur 100 ml.
b. Memadatkan media sampai 50 ml
dengan cara menekan-nekan bagian permukaan media dan juga mengetukkan gelas
ukur
c. Mengeluarkan media dari dalam
gelas ukur dan menimbang beratnya
d. Apparent Density akan
diketahui dengan rumus: PAD(gram/ml)
= Berat kering karbon/50 ml
B. Analisis ayakan
Dilakukan
penentuan ukuran media adsorben dengan mesh 8 (diameter I), mesh 10 (diameter
II) dan mesh 12 (diameter III). Analisis ayakan dilakukan di Laboratorium Beton
Teknik Sipil ITS.
C. Aktivasi Arang Batok Kelapa
Pada
pelaksanaan percobaan batch arang batok
kelapa ini akan diaktifkan terlebih dahulu dengan cara merendam dalam larutan
HCL 20% dalam waktu 24 jam dan dioven dalam suhu 105 oC selama 24 jam.
Percobaan Pendahuluan
A. Penentuan Konsentrasi Awal Warna
Pada
penelitian ini akan dibuat limbah cair buatan untuk acuan konsentrasi warna.
Pembuatan limbah cair buatan berdasarkan arahan pemilik rumah batik
Namiroh,Kampung Batik Jetis Sidoarjo sebagai tempat pengambilan limbah cair
batik. Komposisi bahan yang digunakan adalah naptol + soda api sebanyak 5gr
dicampur 10 L air panas dan garam pewarna sebanyak 10gr dicampur pada 10 L air
dingin.
B. Penentuan Panjang
Gelombang
Penentuan panjang gelombang
dilakukan dengan spektrofotometri. Hal ini dilakukan untuk mendapat panjang
gelombang optimum saat pembacaan sampel warna. Dilakukan pembacaan blangko dan
sampel pada beberapa ukuran panjang gelombang hingga didapat panjang gelombang
optimum. Warna sampel limbah batik cair yang digunakan adalah merah, sehingga
batasan panjang gelombang antara 500nm – 600nm
C. Penentuan Dosis Adsorban
Penentuan dosis adsorban dilakukan dengan proses Batch dengan
memvariasikan dosis (25g, 50 g, dan 100g) pada 250ml sampel dengan kecepatan
putaran 60 rpm selama 3 jam. Hasil dari dosis adsorban yang paling baik akan
divariasikan tiga jenis yang kemudian akan digunakan sebagai variabel
dosis.
D. Penentuan waktu
pengadukan
Penentuan waktu pengadukan dilakukan dengan proses Batch.
membubuhkan dosis adsroben hasil poin C pada kecepatan pengadukan 60rpm untuk
kemudian diambil supernatant pada interval 30 menit. Hasil yang didapat dari penentuan
waktu pengadukan akan digunakan sebagai waktu kesetimbangan proses
adsorpsi.
E. Penentuan kecepatan pengadukan
Penentuan kecepatan pengadukan atau agitasi
dilakukan dengan proses Batch. Dosis yang dibubuhkan berdasarkan poin C dan waktu pengadukan berdasarkan poin
D. Variasi kecepatan yang digunakan adalah 60 rpm, 80 rpm, dan 100 rpm. Hasil
dari penentuan kecepatan pengadukan akan digunakan sebagai agitasi proses
pengadukan.
Variabel Penelitian
Variabel penelitian meliputi
variabel tidak bebas dan variabel bebas. Variabel tidak bebas adalah kadar
warna dan permanganate value yang teradsorpsi. Variabel bebas proses batch
adalah : - Ukuran arang batok kelapa (3 variasi : mesh 8, 10, dan 12, dimana
ukuran 8>10>12)
- Konsentrasi limbah awal ( 3
variasi : ditentukan berdasarkan uji pendahuluan)
- Massa arang batok kelapa (3
variasi : ditentukan berdasarkan uji pendahuluan)
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu alternatif pengolahan
yang dilakukan adalah dengan adsorbsi.
Secara teoritik, salah satu yang cukup familiar dan efisiensinya cukup
tinggi dalam proses adsorpsi warna adalah memakai adsorben karbon aktif. Tetapi
secara umum diketahui bahwa jenis adsorben karbon aktif yang biasa digunakan,
dinilai terlalu mahal karena umumnya dijual dalam bentuk powder sehingga tidak
bisa dipakai berulang kali (regenerasi) seperti adsorben berbentuk granular.
Oleh karena itu, digunakan
adsorben arang batok kelapa dalam bentuk granular dimana relatif mudah dalam
mendapatkannya , harganya relatif murah dan bisa dipakai berulang-ulang
(regenerasi) sehingga menjadi nilai positif tersendiri untuk memilih arang
batok kelapa sebagai adsorben.
B.
Saran
Menerapkan proses pengolahan limbah batik dengan
menggunakan arang batok kelapa adalah pilihan yang baik untuk para pengusaha
yang memiliki industry batik. Agar limbah cair dari batik dapat diminimalkan
sehingga kita juga sekaligus dapat menjaga lingkungan agar bebas dari zat yang
merugikan.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar