Selasa, 24 Maret 2015

makalah tugas akhir semester dasar - dasar proses pembelajaran kimia



Tugas akhir semester Dasar-Dasar Proses Pembelajaran Kimia
“ Perencanaan Proses Belajar Mengajar dan Pengelolaan Kelas “



NAMA : MITA ANDRIANI
NIM : A1C109032
Dosen Pengampu : Dra. Yusnidar, M.Pd


Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan
Pendidikan kimia
Universitas Jambi
2012/2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang

Pendidikan merupakan sesuatu hal yang mutlak ada dan harus dipenuhi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat dimana pendidikan harus bertumpuh pada pemberdayaan semua komponen masyarakat melalui peran sertanya dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang dirumuskan secara jelas dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Menurut UU No 20 Tahun 2003 Pasal 36 Ayat 1 dan 2 Implementasi dari tujuan pendidikan tersebut, salah satunya ditentukan melalui pengembangan kurikulum berdasarkan standar nasional pendidikan dan berdasrakan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Kurikulum diimplemetasikan untuk mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pendidikan formal. Kurikulum adalah pedoman yang akan dipakai oleh guru dalam melakukan pembelajaran di sekolah dalam membuat perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan sistem penilaian yang akan di gunakan.

Memahami esensi dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Dalam pelaksanaannya, kurikulum ini dibuat oleh guru di setiap satuan pendidikan dan lebih disesuaikan dengan kondisi setiap daerah yang bersangkutan serta memungkinkan untuk memperbesar porsi muatan lokal.

Salah satu komponen yang mengacu pada prinsip tersebut adalah perencanaan proses pembelajaran yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20 bahwa “Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”.
Mempersiapkan RPP adalah hal sangat penting dan harus dipenuhi oleh guru sebelum melaksanakan Proses Belajar Mengajar (PBM). Karena dalam prangkat RPP telah diperjelas mengenai tujuan instruksional, perencanaan bahan, perencanan alat, metode, dan prosedur-prosedur pembelajaran untuk mencapai tujuan tersebut. Namun, dalam pelaksanaannya dilapangan masih banyak guru yang tidak melaksanakan perosedur membuat RPP sebelum melaksanakan proses belajar mengajar.
Selain itu guru yang telah memiliki jam mengajar cukup lama tidak banyak mengalami kesulitan dalam mengelola kelas waktu berlangsungnya proses pembelajaran. Berbeda dengan guru baru yang belum memiliki jam mengajar yang banyak. Kebanyakan diantara mereka masih mencari bentuk atau pola dengan mencontoh gurunya yang mereka sukai pada waktu mengajar. Tidak terlintas dibenaknya bahwa yang dihadapi ini bukan dirinya pada waktu dahulu. Akibatnya proses interaksi belajar mengajar yang dikembangkan terkesan foto copy dari cara gurunya mengajar pada masa lalu.
Pola berfikir demikian ini banyak terjadi, terutama guru yang memiliki pengetahuan dedaktik-metodik pengajaran yang minim. Pada lembaga-lembaga kursus peluang terjadi serupa ini sangat besar, karena para instrukturnya kebanyakan tidak memiliki latar belakang pendidikan atau pengalaman pengelolaan kelas sesuai dengan asas dedaktik. Akhirnya proses interaksi belajar-mengajar yang dikembangkan penuh sesak dengan transfer pengetahuan, minim transfer keperibadian. Akibat lanjut kelas menjadi tempat penuangan bejana, bukan tempat berinteraksi.
Jika hal tersebut dilihat dari konsep bisnis, tidak menimbulkan persoalan, karena kelas dipandang sebagai medan pertemuan antara yang sama-sama membutuhkan. Siswa membutuhkan penguasaan ilmu sebanyak-banyaknya dalam tempo sesingkat-singkatnya. Sedangkan instruktur membutuhkan imbalan materi sebanyak-banyaknya dalam tempo sesingkat-singkatnya.


2.1. Kajian Pustaka

·         Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan.( http://id.wikipedia.org/wiki/Perencanaan )

·         Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Proses )

·         Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Belajar )

·         Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan mengajar yang mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan usaha mengorganisasikan lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran, sehingga terjadi proses belajar mengajar.

·         Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujan tertentu.

·         Kelas adalah suatu ruangan dalam bangunan sekolah, yang berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan tatap muka dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM). (http://id.wikipedia.org/wiki/Ruang_kelas )

Jadi, “ Perencanaan Proses Belajar Mengajar “ merupakan salah satu strategi untuk mengembangkan aktivitas pembelajaran dimana dalam mengembangkan strategi ini diperlukan media-media yang dapat dijadikan sebagai alat bantu pembelajaran, selain itu juga tidak kalah pentingnya strategi dalam pengelolaan kelas karena pengelolaan kelas merupakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana belajar yang efektif.




























BAB II
PEMBAHASAN

2.1.   Perencanaan Proses Belajar Mengajar 
a.       Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah rencana guru mengajar mata pelajaran tertentu, pada jenjang dan kelas tertentu, untuk topik tertentu, dan untuk satu pertemuan atau lebih.
b.      Komponen Perencanaan Pembelajaran
Komponen perencanaan pembelajaran terdiri dari: Tujuan, Bahan Pelajaran, dan Bahan pelajaran.
c.         Pentingnya Perencanaan Pembelajaran
Untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka sudah pasti dibutuhkan perencanaan pembelajaran yang baik. Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan pengelolaan. Tanpa perencanaan, pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Salah satu lembaran kertas mutiara buku Perencanaan Pembelajaran karya Abdul majid mengemukakan beberapa manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar, yaitu:
Ø  Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
Ø  Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan.
Ø  Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid.
Ø  Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja.
Ø  Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
Ø  Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.
Peran penting perencanaan pembelajaran dapat terlihat ketika mengamati keadaan yang mungkin terjadi ketika diterapkannya perencanaan pembelajaran oleh seorang guru atau sebaliknya. Kemungkinan yang akan terjadi dalam proses belajar mengajar ketika seorang guru melakukan perencanaan pembelajaran dengan benar di antaranya:
·   Guru akan mempunyai tujuan pembelajaran yang jelas,
·   Guru akan menguasai materi,
·   Guru akan mempunyai metode,
·   Guru akan memiliki pemilihan media yang tepat,
·   Guru akan memiliki standar jelas dalam memberikan evaluasi kepada siswa.

Menurut Comb dan Harjanto mendifinisikan Perencanaan pengajaran dalam arti luas adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan murid dan masyarakat. Dengan kata lain, perencanaan pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar serta mencapi tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dengan langkah-langkah penyusunan ateri pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan metode dan pendekatan pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan dalam waktu tertentu.
Sedangkan Desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang “perlakuan” berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas. Hasil dari pembelajaran ini dapat diamati secara langsung dan dapat diukur secara ilmiah atau benar-benar tersembunyi dan hanya berupa asumsi.

Desain Pembelajaran menurut Istilah dapat didefinisikan:
§  Menurut Reigeluth Desain pembelajaran adalah Proses untuk menentukan metode pembelajaran apa yang paling baik dilaksanakan agar timbul perubahan pengetahuan dan ketrampilan pada diri pemelajar ke arah yang dikehendaki.
§  Menurut Briggs Desain pembelajaran adalah Rencana tindakan yang terintegrasi meliputi komponen tujuan, metode dan penilaian untuk memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan.

§  Menurut Seels dan Richey Desain pembelajaran adalah Proses untuk merinci kondisi untuk belajar, dengan tujuan makro untuk menciptakan strategi dan produk, dan tujuan mikro untuk menghasilkan program pelajaran atau modul.


2.2.   Pengelolaan Kelas

A.    Definisi Pengelolaan Kelas
Dalam proses pembelajaran di kelas, yang harus diupayakan oleh seorang guru adalah menciptakan kondisi belajar mengajar yang baik. Dengan kondisi belajar yang baik, diharapkan proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik pula. Proses pembelajaran yang baik akan mengurangi kemungkinan terjadinya kegagalan dalam pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru harus memiliki kemampuan menciptakan kondisi belajar mengajar yang baik. Di samping kemampuan lainnya, kemampuan pengelolaan kelas merupakan salah satu faktor yang harus dikuasai oleh seorang guru.
Ada beberapa definisi pengelolaan kelas yang dikemukakan para ahli, di antaranya oleh  Sudirman N.,dkk., Nawawi, dan Arikunto yang dikutip oleh Djamarah dan Zain (2006: 177). Menurut pendapat Sudirman N,dkk  (1991: 310) “pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas”. Sedangkan menurut  Nawawi (1989: 115) bahwa “pengelolaan kelas adalah kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personel untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan kela yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid”.
Hal serupa juga dikemukakan oleh Arikunto (1988: 67) yang mendifinisikan bahwa “pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan”. Sedangkan  Usman ( 1990 :89) di dalam bukunya  mendefinisikan bahwa “pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar”. Menurut Sanjaya (2005: 174) “pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran”. Pendapat lain yang cukup menarik di ungkapkan Porter di dalam bukunya yang berjudul buku Quantum teaching tentang kelas, yaitu berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar.
Beberapa definisi pengelolaan kelas yang telah diungkapkan para ahli di atas, kita dapat memberi gambaran serta pemahaman yang jelas bahwa pengelolaan kelas merupakan suatu usaha menyiapkan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar. Pengelolaan kelas memiliki karakteristik yaitu merupakan sebuah upaya untuk mewujudkan suatu kondisi kegiatan belajar mengajar yang efektif. Dengan adanya pengelolaan kelas yang baik diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran dimana proses tersebut memberikan pengaruh positif yang secara langsung menunjang terselenggaranya proses belajar mengajar di kelas.

B.     Tujuan Pengelolaan Kelas
Menurut Usman pengelolaan kelas mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
·         Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik.
·          Tujuan khusus pengelolaan kelas adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar dan menyediakan kondisi yang memungkinkan melakukan kegiatan belajar serta membantu siswa mencapai hasil yang diharapkan.
Tujuan pengelolaan kelas pada dasarnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum, tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa terhindar dari permasalahan-permasalahan yang mengganggu seperti mengantuk, malas mengerjakan tugas, terlambat masuk sekolah dan lain-lain.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan, menciptakan sekaligus memelihara kondisi yang optimal di dalam kelas sehingga siswa dapat belajar dengan baik. selain itu guru juga dapat mengembangkan dan menggunakan alat bantu belajar yang digunakan dalam proses belajar mengajar sehingga dapat membantu siswa dalam mencapai hasil belajar yang diinginkan.

C.    Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas
*                       Kehangatan dan Keantusiasan
Kehangatan dan keantusiasan guru dapar memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan yang merupakan salah satu syaratbagi kegiatan belajar mengajar yang optimal.
*                       Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan-kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.

*                       Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya, dan interaksi belajar mengajar yang bervariasi merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.

*                       Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
*                       Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya, di dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang negatif.
*                       Penanaman disiplin diri
Pengembangan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan akhir dari pengelolaan kelas. Untuk itu guru harus selalu mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin diri sendiri, dan guru sendiri hendaknya menjadi contoh atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.

D.    Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas
Menurut Usman (1990: 91-92), komponen keterampilan pengelolaan kelas terbagi menjadi 2 jenis keterampilan, yaitu  keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal dan keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal.

1)      Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.
a.     Menunjukkan Sikap Tanggap
Menggambarkan tingkah laku guru yang tanggap pada siswa, bahwa guru sadar dan tanggap terhadap perhatian keterlibatan, masalah dan ketidakacuhan mereka. Dengan adanya sikap ini siswa merasa guru hadir ditengah mereka. Kesan ketanggapan ini dengan cara :
·   Memandang Secara Saksama
Memungkinkan guru meliput keterlibatan siswa dalam tugas dikelas serta menunjukkan kesiapan guru untuk memberi respon baik terhadap kelompok maupun individu.
·   Memberikan Pernyataan   
Hal ini terkomunikasi kepada siswa melalui pernyataan guru bahwa ia telah siap untuk memulai kegiatan belajar serta siap memberi respon terhadap kebutuhan siswa. Hal yang harus dihindari adalah menunjukkan dominasi guru dengan pernyataan atau komentar yang mengandung ancaman. Contoh : “Saya menunggu sampai kalian diam”.
·   Gerak Mendekati
Hal ini menunjukkan kesiapan, minat dan perhatian kepada siswa. Hal ini membantu siswa yang menghadapi kesulitan belajar, mengalami frustasi atau sedang marah. Gerak yang mendekati hendaknya dilakukan dengan wajar, bukan menakuti atau maksud lain.
·   Memberikan Reaksi Terhadap Gangguan Dan Ketakacuan Siswa.
Dengan adanya teguran menandakan adanya guru bersama siswa. Teguran harus diberikan pada saat yang tepat serta dialamatkan pada sasaran yang tepat.

b.             Memberi Perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif terjadi apabila guru memberi perhatian kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
·         Visual
Hal ini mennjukkan perhatian terhadap sekelompok siswa atau individu namun tidak kehilangan keterlibatannya dengan kelompok siswa atau individu.
Keterampilan ini digunakan untuk memonitor kegiatan kelompok atau individu, mengadakan koreksi kegiatan siswa, memberi komentar atau memberi reaksi terhadap siswa yang mengganggu.
·         Verbal
Guru dapat memberikan komentar terhadap aktivitas seseorang yang dilihat atau dilaporkan oleh siswa lain. Penggunaan teknik visual maupun verbal menunjukkan bahwa guru menguasai kelas.

c.                Memusatkan Perhatian
Keterlibatan siswa dalam KBM dapat dipertahnkan apabila dari waktu kewaktu guru mampu memusatkan kelompok terhadap tugas-tugas yang dilaksanakan. Hal ini dengan cara :
·         Menyiagakan Siswa
Menciptakaan suasana yang menarik sebelum guru menyampaikan pertanyaan atau topic pelajarannya. Misalnya : “ coba anak-anak, semuanya memperhatikan dengan teliti gambar ini untuk membedakan daerah mana yang subur dan daerah mana yang tanahnya gersang.

·         Menuntut Tanggung Jawab Siswa
Komunikasi yang jelas dari guru mengenai tugas siswa merupakan hal yang sangat penting dalam mempertahankan pusat perhatian siswa seperti : meminta untuk diperagakan hasil pekerjaan tugas.



d.                  Memberikan Petunjuk Yang Jelas
Petunjuk yang diberikan harus bersifat langsung, dengan bahasa yang jelas dan tidak membingungkan serta dengan tuntutan yang wajar dapat dipenuhi oleh siswa.
e.                   Menegur
Apabila terjadi  tingkah laku siswa yang mengganggu kelas atau kelompok kelas,  hendaknya guru menegurnya secara verbal. Teguran verbal yang efektif  ialah yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
·         Tegas dan jelas tertuju kepada siswa yang mengganggu serta kepada tingkah lakunya yang menyimpang.
·         Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan serta mengandung penghinaan.
·         Menghindari ocehan atau ejekan guru atau yang berkepanjangan

f.             Memberi Penguatan
Komponen ini digunakan untuk mengatasi siswa yang tidak mau terlibat dalam kegiatan pembelajaran atau menggangu temanya. Yaitu dengan cara:
·         Guru dapat memberikan penguatan kepada siswa yang menggagu yaitu dengan jalan” menangkapnya” ketika ia melakukan tingkah laku yang tidak wajar, kemudian menegurnya, dengan tujuan perbuatan yang wajar tadi dapat terulang.
·         Guru dapat memberikan berbagai komponen penguatan kepada siswa yang bertingkah laku yang wajar kepada siswa yang lain untuk menjadi teladan.




2)      Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal
Keterampilan ini berhubungan dengan tanggapan guru terhadap gangguan anak didik yang berkelanjutan dengan maksud guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan tindakan optimal.
Apabila terdapat anak didik yang menimbulkan gangguan yang berulang-ulang walaupun guru telah mencoba memadamkan dengan tanggapan yang relevan tetap saja terjadi kembali, guru dapat meminta bantuan kepala sekolah, koselor/BP atau orang tua siswa. Bukanlah kesalahan professional guru apabila tidak dapat menangani permasalahan siswa dalam kelas. Berkenaan dengan itu guru dapat menggunakan seperangkat strategi untuk tindakan perbaikan terhadap tingkah siswa yang terus menerus menimbulkan gangguan dan yang tidak mau terlibat dalam kegiatan di kelas. Strategi tersebut adalah :
a.             Modifikasi Tingkah Laku
Guru hendaklah menganalisis tingkah anak didik yang mengalami masalah dan berusaha memodifikasi tingkahlaku tersebut. Dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
b.            Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara :
·         Memperlancar tugas-tugas : mengusahakan terjadinya kerja sama yang baik dalam pelaksanaan tugas.
·         Memelihara kegiatan-kegiatan kelompok :memelihara dan memulihkan semangat siswa dan menangani konflik yang timbul.




c.             Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.
Guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkahlaku keliru yang muncul, guru harus mengetahui sebab dasar yang mengakibatkan ketidakpatuhan tingkah tersebut serta berusaha mencari pemecahanya.
E.      Hal-hal yang Harus Dihindari dalam Pengelolaan Kelas
Dalam usaha mengelola kelas secara efektif ada sejumlah kekeliruan yang harus dihindari guru, yaitu sebagai berikut :
v  Campur tangan yang berlebihan (teachers instruction)
Apabila guru menyela kegiatan yang asik berlangsung dengan komentar, pertanyaan  atau petunjuk mendadak, maka kegiatan siswa akan terganggu atau terputus. Hal ini akan menimbulkan kesan pada siswa bahwa guru tidak memperhatikan kebutuhan siswa. Ia  hanya igin memuaskan kehendak sendiri.
v  Kelenyapan (fade away)
Hal ini terjadi jika guru gagal secara tepat melengkapi suatu intruksi, penjelasan, petunjuk, atau komentar. Kemudian menghentikan penjelasan atau sajian tanpa alasan yang jelas: juga dapat terjadi dalam bentuk waktu diam yang terlalu lama, kehilangan akal, atau melupakan langkah-langkah dalam pelajaran. Akibatnya ialah dan membiarkan pikiran anak mengawang-awang, melantur, dan mengganggu efektifitas serta kelancaran pelajaran.
v  Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan (stop and start)
Terjadi jika guru memulai suatu aktivitas tanpa mengakhiri aktivitas sebelumnya menghentikan kegiatan pertama, memulai yang kedua, kemudian kembali kepada kegiatan yang pertama lagi. Dengan demikian guru tidak dapat mengendalikan situasi kelas dan akhirnya mengganggu kelancaran belajar siswa.

v  Penyimpangan (degression)
Akibat  guru terlalu asyik dengan bahan tertentu memungkinkan ia dapat menyimpang. Penyimpangan tersebut dapat mengganggu kelancaran belajar siswa.
v  Bertele-tele (overdwelling)
Hal ini terjadi jika pembicaraan guru bersifat mengulang-ulang hal tertentu, memperpanjang penjelasan atau mengubah teguran menjadi ocehan yang panjang.

F.        Masalah-masalah dalam Pengelolaan Kelas
Menurut Handoyo terdapat dua macam masalah dalam pengelolaan kelas yaitu masalah individu dan masalah kelompok.
1.      Masalah Individu/Perorangan
·         Tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain (attention getting behavior), misalnya bertindak serba lamban sehingga perlu mendapat pertolongan ekstra.
·         Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan/berkuasa (power seeking behaviors), misalnya kehilangan kendali emosional ( marah-marah,menangis atau selalu lupa pada aturan di kelas ).
·         Tingkah laku yang menyakiti orang lain/balas dendam (revenge seeking behaviors), misalnya mengejek dan menghina orang lain.
·         Tingkah laku yang menunjukkan ketidakmampuan (displaying indequacy), yaitu selalu menolak untuk mencoba melakukan apapun karena yakin bahwa pasti gagal.



2.                        Masalah Kelompok
·         Anggota kelompok tidak kompak dalam bekerja sama
·         Anggota kelompok tidak mematuhi aturan kelompok
·         Bersikap negatif terhadap kelompok
·         Sikap mendukung bila ada anggota kelompok yang bertindak menyimpang
·         Mengganggu kelancaran kegiatan kelompok
·         Mogok tidak bersedia melakukan kegiatan kelompok
·         Tidak dapat menyesuaikan diri

G.     Pendekatan-pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
Menurut Djamarah dan Zain (2006: 179-180) pendekatan dalam pengelolaan kelas   adalah sebagai berikut :
1.      Pendekatan Kekuasaan
Kedisiplinan adalah  kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk menaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya.
2.      Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman ayau intimidasi, pengelolaan kelas adalah sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberikan ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.




3.      Pendekatan Kebebasan
Dalam pendekatan kebebasan, pengelolaan diartikan ssecar suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
4.      Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas.

5.      Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini beranggapan bahwa dalam suatu perencanaan  dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah.
6.      Pendekatan Tingkah Laku
Dalam pendekatan ini peran guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.
7.      Pendekatan suasana emosi dan Hubungan Sosial
Menurut pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas.
8.      Pendekatan Proses Kelompok
Proses kelompok adalah usaha guru mengelompokkan anak ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta kelas yang bergairah dalam belajar.

9.      Pendekatan Elektis atau Pluralistik
Pendekatan elektis atau pluralistik adalah pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien.













BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
“ Perencanaan Proses Belajar Mengajar “ merupakan salah satu strategi untuk mengembangkan aktivitas pembelajaran dimana dalam mengembangkan strategi ini diperlukan media-media yang dapat dijadikan sebagai alat bantu pembelajaran, selain itu juga tidak kalah pentingnya strategi dalam pengelolaan kelas karena pengelolaan kelas merupakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana belajar yang efektif.
Tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa terhindar dari permasalahan-permasalahan yang mengganggu dalam proses belajar mengajar.

3.2. Saran
Penulis berharap “ Perencanaan Proses Belajar Mengajar dan Pengelolaan Kelas “ yang telah disajikan dalam bab pembahasan dapat dijadikan referensi ataupun tambahan wawasan bagi pembaca sehingga dapat membedakannya dan dapat menerapkannya secara tepat dengan tujuan memajukan pendidikan di Indonesia. 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar