Tugas akhir semester Dasar-Dasar Proses Pembelajaran
Kimia
“ Perencanaan Proses Belajar
Mengajar dan Pengelolaan Kelas “
NAMA : MITA ANDRIANI
NIM : A1C109032
Dosen Pengampu : Dra. Yusnidar, M.Pd
Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan
Pendidikan kimia
Universitas Jambi
2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Pendidikan
merupakan sesuatu hal yang mutlak ada dan harus dipenuhi dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dimana pendidikan harus bertumpuh pada
pemberdayaan semua komponen masyarakat melalui peran sertanya dalam mewujudkan
tujuan pendidikan yang dirumuskan secara jelas dalam Undang-Undang No 20 Tahun
2003, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Menurut UU No 20 Tahun 2003 Pasal 36 Ayat 1 dan 2
Implementasi dari tujuan pendidikan tersebut, salah satunya ditentukan melalui
pengembangan kurikulum berdasarkan standar nasional pendidikan dan berdasrakan
prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah,
dan peserta didik. Kurikulum diimplemetasikan untuk mengarahkan segala bentuk
aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan merupakan salah
satu komponen yang sangat penting dalam pendidikan formal. Kurikulum adalah
pedoman yang akan dipakai oleh guru dalam melakukan pembelajaran di sekolah
dalam membuat perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan sistem
penilaian yang akan di gunakan.
Memahami
esensi dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa KTSP dikembangkan
berdasarkan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan,
potensi daerah, dan peserta didik. Dalam
pelaksanaannya, kurikulum ini dibuat oleh guru di setiap satuan pendidikan dan
lebih disesuaikan dengan kondisi setiap daerah yang bersangkutan serta
memungkinkan untuk memperbesar porsi muatan lokal.
Salah satu komponen yang mengacu pada prinsip tersebut adalah perencanaan
proses pembelajaran yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20
bahwa “Perencanaan proses pembelajaran
meliputi silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat
sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber
belajar, dan penilaian hasil belajar”.
Mempersiapkan RPP adalah hal sangat penting dan harus dipenuhi oleh guru
sebelum melaksanakan Proses Belajar Mengajar (PBM). Karena dalam prangkat RPP
telah diperjelas mengenai tujuan instruksional, perencanaan bahan, perencanan
alat, metode, dan prosedur-prosedur pembelajaran untuk mencapai tujuan
tersebut. Namun, dalam pelaksanaannya dilapangan masih banyak guru yang tidak
melaksanakan perosedur membuat RPP sebelum melaksanakan proses belajar
mengajar.
Selain
itu guru yang telah memiliki jam mengajar cukup lama tidak banyak mengalami
kesulitan dalam mengelola kelas waktu berlangsungnya proses pembelajaran.
Berbeda dengan guru baru yang belum memiliki jam mengajar yang banyak.
Kebanyakan diantara mereka masih mencari bentuk atau pola dengan mencontoh
gurunya yang mereka sukai pada waktu mengajar. Tidak terlintas dibenaknya bahwa
yang dihadapi ini bukan dirinya pada waktu dahulu. Akibatnya proses interaksi
belajar mengajar yang dikembangkan terkesan foto copy dari cara gurunya
mengajar pada masa lalu.
Pola
berfikir demikian ini banyak terjadi, terutama guru yang memiliki pengetahuan
dedaktik-metodik pengajaran yang minim. Pada lembaga-lembaga kursus peluang
terjadi serupa ini sangat besar, karena para instrukturnya kebanyakan tidak
memiliki latar belakang pendidikan atau pengalaman pengelolaan kelas sesuai
dengan asas dedaktik. Akhirnya proses interaksi belajar-mengajar yang
dikembangkan penuh sesak dengan transfer pengetahuan, minim transfer
keperibadian. Akibat lanjut kelas menjadi tempat penuangan bejana, bukan tempat
berinteraksi.
Jika
hal tersebut dilihat dari konsep bisnis, tidak menimbulkan persoalan, karena
kelas dipandang sebagai medan pertemuan antara yang sama-sama membutuhkan.
Siswa membutuhkan penguasaan ilmu sebanyak-banyaknya dalam tempo
sesingkat-singkatnya. Sedangkan instruktur membutuhkan imbalan materi
sebanyak-banyaknya dalam tempo sesingkat-singkatnya.
2.1. Kajian
Pustaka
·
Perencanaan adalah proses
mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu,
dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan
proses terpenting dari semua fungsi
manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian,
pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan.( http://id.wikipedia.org/wiki/Perencanaan
)
·
Proses adalah urutan
pelaksanaan atau kejadian
yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu,
ruang,
keahlian
atau sumber daya
lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Proses
)
·
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen
dalam perilaku
atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang
diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan
respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah
input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Belajar
)
·
Mengajar
pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan mengajar yang mengandung
pengertian bahwa mengajar merupakan usaha mengorganisasikan lingkungan dalam
hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran, sehingga terjadi proses
belajar mengajar.
·
Pengelolaan diartikan sebagai suatu
rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk
melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujan tertentu.
·
Kelas
adalah suatu ruangan dalam bangunan sekolah, yang berfungsi sebagai
tempat untuk kegiatan tatap muka dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM). (http://id.wikipedia.org/wiki/Ruang_kelas )
Jadi, “ Perencanaan Proses Belajar
Mengajar “ merupakan salah satu strategi untuk mengembangkan aktivitas
pembelajaran dimana dalam mengembangkan strategi ini diperlukan media-media
yang dapat dijadikan sebagai alat bantu pembelajaran, selain itu juga tidak
kalah pentingnya strategi dalam pengelolaan kelas karena pengelolaan kelas
merupakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana belajar yang
efektif.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Perencanaan Proses Belajar Mengajar
a. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah rencana guru mengajar mata pelajaran
tertentu, pada jenjang dan kelas tertentu, untuk topik tertentu, dan untuk satu
pertemuan atau lebih.
b. Komponen Perencanaan Pembelajaran
Komponen
perencanaan pembelajaran terdiri dari: Tujuan, Bahan Pelajaran, dan Bahan
pelajaran.
c.
Pentingnya Perencanaan
Pembelajaran
Untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka sudah pasti dibutuhkan
perencanaan pembelajaran yang baik. Perencanaan merupakan salah satu syarat
mutlak bagi setiap kegiatan pengelolaan. Tanpa perencanaan, pelaksanaan suatu
kegiatan akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan
yang diinginkan.
Salah satu lembaran kertas mutiara buku Perencanaan Pembelajaran karya
Abdul majid mengemukakan beberapa manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses
belajar mengajar, yaitu:
Ø Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
Ø Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur
yang terlibat dalam kegiatan.
Ø Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur
murid.
Ø Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap
saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja.
Ø Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
Ø Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.
Peran penting perencanaan pembelajaran dapat terlihat ketika mengamati
keadaan yang mungkin terjadi ketika diterapkannya perencanaan pembelajaran oleh
seorang guru atau sebaliknya. Kemungkinan yang akan terjadi dalam proses
belajar mengajar ketika seorang guru melakukan perencanaan pembelajaran dengan
benar di antaranya:
·
Guru akan mempunyai tujuan pembelajaran yang
jelas,
·
Guru akan menguasai materi,
·
Guru akan mempunyai metode,
·
Guru akan memiliki pemilihan media yang tepat,
·
Guru akan memiliki standar jelas dalam
memberikan evaluasi kepada siswa.
Menurut
Comb dan Harjanto mendifinisikan Perencanaan pengajaran dalam arti luas adalah
suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan
pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien sesuai
dengan kebutuhan dan tuntutan murid dan masyarakat. Dengan kata lain,
perencanaan pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh guru dalam
membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman
belajar serta mencapi tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dengan langkah-langkah
penyusunan ateri pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan metode dan
pendekatan pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan
dilaksanakan dalam waktu tertentu.
Sedangkan
Desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan
isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif
antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari
pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang “perlakuan”
berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar
pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat
terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis
komunitas. Hasil dari pembelajaran ini dapat diamati secara langsung dan dapat
diukur secara ilmiah atau benar-benar tersembunyi dan hanya berupa asumsi.
Desain
Pembelajaran menurut Istilah dapat didefinisikan:
§ Menurut Reigeluth Desain pembelajaran adalah Proses untuk menentukan metode
pembelajaran apa yang paling baik dilaksanakan agar timbul perubahan
pengetahuan dan ketrampilan pada diri pemelajar ke arah yang dikehendaki.
§ Menurut Briggs Desain pembelajaran adalah Rencana tindakan yang
terintegrasi meliputi komponen tujuan, metode dan penilaian untuk memecahkan
masalah atau memenuhi kebutuhan.
§ Menurut Seels dan Richey Desain pembelajaran adalah Proses untuk merinci
kondisi untuk belajar, dengan tujuan makro untuk menciptakan strategi dan
produk, dan tujuan mikro untuk menghasilkan program pelajaran atau modul.
2.2. Pengelolaan Kelas
A. Definisi Pengelolaan Kelas
Dalam proses pembelajaran di kelas, yang harus diupayakan oleh seorang guru
adalah menciptakan kondisi belajar mengajar yang baik. Dengan kondisi belajar
yang baik, diharapkan proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik
pula. Proses pembelajaran yang baik akan mengurangi kemungkinan terjadinya kegagalan dalam pembelajaran. Oleh
karena itu, seorang guru harus memiliki kemampuan menciptakan kondisi belajar
mengajar yang baik. Di samping kemampuan lainnya, kemampuan pengelolaan kelas
merupakan salah satu faktor yang harus dikuasai oleh seorang guru.
Ada beberapa definisi pengelolaan kelas yang dikemukakan para ahli, di
antaranya oleh Sudirman N.,dkk., Nawawi, dan Arikunto yang dikutip oleh
Djamarah dan Zain (2006: 177). Menurut pendapat Sudirman N,dkk (1991:
310) “pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas”. Sedangkan
menurut Nawawi (1989: 115) bahwa “pengelolaan kelas adalah kemampuan guru
atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan
yang seluas-luasnya pada setiap personel untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan
secara efisien untuk melakukan kegiatan kela yang berkaitan dengan kurikulum
dan perkembangan murid”.
Hal serupa juga dikemukakan oleh Arikunto (1988: 67) yang mendifinisikan
bahwa “pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung
jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai
kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang
diharapkan”. Sedangkan Usman ( 1990 :89) di dalam bukunya
mendefinisikan bahwa “pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya
bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar”. Menurut Sanjaya (2005:
174) “pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang
dapat mengganggu suasana pembelajaran”. Pendapat lain yang cukup menarik di
ungkapkan Porter di dalam bukunya yang berjudul buku Quantum teaching
tentang kelas, yaitu berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas yang
mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar.
Beberapa definisi pengelolaan kelas yang telah diungkapkan para ahli di
atas, kita dapat memberi gambaran serta pemahaman yang jelas bahwa pengelolaan
kelas merupakan suatu usaha menyiapkan kondisi yang optimal agar proses belajar
mengajar dapat berlangsung secara lancar. Pengelolaan kelas memiliki
karakteristik yaitu merupakan sebuah upaya untuk mewujudkan suatu kondisi
kegiatan belajar mengajar yang efektif. Dengan adanya pengelolaan kelas yang
baik diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran dimana proses
tersebut memberikan pengaruh positif yang secara langsung menunjang
terselenggaranya proses belajar mengajar di kelas.
B. Tujuan Pengelolaan Kelas
Menurut Usman pengelolaan kelas mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus.
·
Tujuan umum pengelolaan kelas
adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam
kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik.
·
Tujuan
khusus pengelolaan kelas adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan
alat-alat belajar dan menyediakan kondisi yang memungkinkan melakukan kegiatan
belajar serta membantu siswa mencapai hasil yang diharapkan.
Tujuan pengelolaan kelas pada dasarnya telah terkandung dalam tujuan
pendidikan. Secara umum, tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan fasilitas
bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa terhindar dari
permasalahan-permasalahan yang mengganggu seperti mengantuk, malas mengerjakan
tugas, terlambat masuk sekolah dan lain-lain.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah
menyediakan, menciptakan sekaligus memelihara kondisi yang optimal di dalam
kelas sehingga siswa dapat belajar dengan baik. selain itu guru juga dapat
mengembangkan dan menggunakan alat bantu belajar yang digunakan dalam proses
belajar mengajar sehingga dapat membantu siswa dalam mencapai hasil belajar
yang diinginkan.
C. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas
Kehangatan dan keantusiasan
guru dapar memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan yang merupakan
salah satu syaratbagi kegiatan belajar mengajar yang optimal.
Penggunaan kata-kata,
tindakan, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk
belajar sehingga mengurangi kemungkinan-kemungkinan munculnya tingkah laku yang
menyimpang.
Penggunaan alat atau media,
gaya, dan interaksi belajar mengajar yang bervariasi merupakan kunci
tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
Keluwesan tingkah laku guru
untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya
gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
Pada dasarnya, di dalam
mengajar dan mendidik, guru harus menekankan hal-hal yang positif dan
menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang negatif.
Pengembangan disiplin diri
sendiri oleh siswa merupakan tujuan akhir dari pengelolaan kelas. Untuk itu
guru harus selalu mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin diri sendiri, dan
guru sendiri hendaknya menjadi contoh atau teladan tentang pengendalian diri
dan pelaksanaan tanggung jawab.
D. Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas
Menurut Usman (1990: 91-92), komponen keterampilan pengelolaan kelas
terbagi menjadi 2 jenis keterampilan, yaitu keterampilan yang berhubungan
dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal dan
keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal.
1)
Keterampilan
yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.
a. Menunjukkan Sikap Tanggap
Menggambarkan tingkah laku guru yang tanggap
pada siswa, bahwa guru sadar dan tanggap terhadap perhatian keterlibatan,
masalah dan ketidakacuhan mereka. Dengan adanya sikap ini siswa merasa guru
hadir ditengah mereka. Kesan ketanggapan ini dengan cara :
· Memandang
Secara Saksama
Memungkinkan guru meliput
keterlibatan siswa dalam tugas dikelas serta menunjukkan kesiapan guru untuk
memberi respon baik terhadap kelompok maupun individu.
· Memberikan
Pernyataan
Hal ini terkomunikasi kepada
siswa melalui pernyataan guru bahwa ia telah siap untuk memulai kegiatan
belajar serta siap memberi respon terhadap kebutuhan siswa. Hal yang harus
dihindari adalah menunjukkan dominasi guru dengan pernyataan atau komentar yang
mengandung ancaman. Contoh : “Saya menunggu sampai
kalian diam”.
· Gerak
Mendekati
Hal ini menunjukkan kesiapan,
minat dan perhatian kepada siswa. Hal ini membantu siswa yang menghadapi
kesulitan belajar, mengalami frustasi atau sedang marah. Gerak yang mendekati
hendaknya dilakukan dengan wajar, bukan menakuti atau maksud lain.
· Memberikan
Reaksi Terhadap Gangguan Dan Ketakacuan Siswa.
Dengan adanya teguran
menandakan adanya guru bersama siswa. Teguran harus diberikan pada saat yang
tepat serta dialamatkan pada sasaran yang tepat.
b. Memberi Perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif terjadi apabila guru memberi perhatian
kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
·
Visual
Hal ini mennjukkan perhatian
terhadap sekelompok siswa atau individu namun tidak kehilangan keterlibatannya
dengan kelompok siswa atau individu.
Keterampilan ini digunakan
untuk memonitor kegiatan kelompok atau individu, mengadakan koreksi kegiatan
siswa, memberi komentar atau memberi reaksi terhadap siswa yang mengganggu.
·
Verbal
Guru dapat memberikan komentar
terhadap aktivitas seseorang yang dilihat atau dilaporkan oleh siswa lain.
Penggunaan teknik visual maupun verbal menunjukkan bahwa guru menguasai kelas.
c.
Memusatkan Perhatian
Keterlibatan siswa dalam KBM dapat dipertahnkan apabila dari waktu kewaktu
guru mampu memusatkan kelompok terhadap tugas-tugas yang dilaksanakan. Hal ini
dengan cara :
·
Menyiagakan Siswa
Menciptakaan suasana yang
menarik sebelum guru menyampaikan pertanyaan atau topic pelajarannya. Misalnya
: “ coba anak-anak, semuanya memperhatikan dengan teliti gambar ini untuk
membedakan daerah mana yang subur dan daerah mana yang tanahnya gersang.
·
Menuntut Tanggung Jawab Siswa
Komunikasi yang jelas dari
guru mengenai tugas siswa merupakan hal yang sangat penting dalam
mempertahankan pusat perhatian siswa seperti : meminta untuk diperagakan hasil
pekerjaan tugas.
d.
Memberikan Petunjuk Yang Jelas
Petunjuk yang diberikan harus bersifat langsung, dengan bahasa yang jelas
dan tidak membingungkan serta dengan tuntutan yang wajar dapat dipenuhi oleh
siswa.
e.
Menegur
Apabila terjadi tingkah laku siswa yang mengganggu kelas atau
kelompok kelas, hendaknya guru menegurnya secara verbal. Teguran verbal
yang efektif ialah yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
·
Tegas dan jelas tertuju kepada
siswa yang mengganggu serta kepada tingkah lakunya yang menyimpang.
·
Menghindari peringatan yang
kasar dan menyakitkan serta mengandung penghinaan.
·
Menghindari ocehan atau ejekan
guru atau yang berkepanjangan
f. Memberi Penguatan
Komponen ini digunakan untuk mengatasi siswa yang tidak mau terlibat dalam
kegiatan pembelajaran atau menggangu temanya. Yaitu dengan cara:
·
Guru dapat memberikan
penguatan kepada siswa yang menggagu yaitu dengan jalan” menangkapnya” ketika
ia melakukan tingkah laku yang tidak wajar, kemudian menegurnya, dengan tujuan
perbuatan yang wajar tadi dapat terulang.
·
Guru dapat memberikan berbagai
komponen penguatan kepada siswa yang bertingkah laku yang wajar kepada siswa
yang lain untuk menjadi teladan.
2)
Keterampilan
yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal
Keterampilan ini berhubungan
dengan tanggapan guru terhadap gangguan anak didik yang berkelanjutan dengan
maksud guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan tindakan
optimal.
Apabila terdapat anak didik yang menimbulkan gangguan yang berulang-ulang
walaupun guru telah mencoba memadamkan dengan tanggapan yang relevan tetap saja
terjadi kembali, guru dapat meminta bantuan kepala sekolah, koselor/BP atau
orang tua siswa. Bukanlah kesalahan
professional guru apabila tidak dapat menangani permasalahan siswa dalam kelas.
Berkenaan dengan itu guru dapat menggunakan seperangkat strategi untuk tindakan
perbaikan terhadap tingkah siswa yang terus menerus menimbulkan gangguan dan
yang tidak mau terlibat dalam kegiatan di kelas. Strategi tersebut adalah :
a. Modifikasi Tingkah Laku
Guru hendaklah menganalisis
tingkah anak didik yang mengalami masalah dan berusaha memodifikasi tingkahlaku
tersebut. Dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
b. Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara :
·
Memperlancar tugas-tugas :
mengusahakan terjadinya kerja sama yang baik dalam pelaksanaan tugas.
·
Memelihara kegiatan-kegiatan
kelompok :memelihara dan memulihkan semangat siswa dan menangani konflik yang
timbul.
c. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.
Guru dapat menggunakan
seperangkat cara untuk mengendalikan tingkahlaku keliru yang muncul, guru harus
mengetahui sebab dasar yang mengakibatkan ketidakpatuhan tingkah tersebut serta
berusaha mencari pemecahanya.
E. Hal-hal yang Harus Dihindari dalam Pengelolaan Kelas
Dalam usaha mengelola kelas secara efektif ada sejumlah kekeliruan yang
harus dihindari guru, yaitu sebagai berikut :
v
Campur tangan yang berlebihan (teachers
instruction)
Apabila guru
menyela kegiatan yang asik berlangsung dengan komentar, pertanyaan atau
petunjuk mendadak, maka kegiatan siswa akan terganggu atau terputus. Hal ini
akan menimbulkan kesan pada siswa bahwa guru tidak memperhatikan kebutuhan
siswa. Ia hanya igin memuaskan kehendak sendiri.
v
Kelenyapan (fade away)
Hal ini terjadi jika guru
gagal secara tepat melengkapi suatu intruksi, penjelasan, petunjuk, atau
komentar. Kemudian menghentikan penjelasan atau sajian tanpa alasan yang jelas:
juga dapat terjadi dalam bentuk waktu diam yang terlalu lama, kehilangan akal,
atau melupakan langkah-langkah dalam pelajaran. Akibatnya ialah dan membiarkan
pikiran anak mengawang-awang, melantur, dan mengganggu efektifitas serta
kelancaran pelajaran.
v
Ketidaktepatan memulai dan
mengakhiri kegiatan (stop and start)
Terjadi jika guru memulai
suatu aktivitas tanpa mengakhiri aktivitas sebelumnya menghentikan kegiatan
pertama, memulai yang kedua, kemudian kembali kepada kegiatan yang pertama
lagi. Dengan demikian guru tidak dapat mengendalikan situasi kelas dan akhirnya
mengganggu kelancaran belajar siswa.
v
Penyimpangan (degression)
Akibat guru terlalu
asyik dengan bahan tertentu memungkinkan ia dapat menyimpang. Penyimpangan
tersebut dapat mengganggu kelancaran belajar siswa.
v
Bertele-tele (overdwelling)
Hal ini terjadi jika pembicaraan guru bersifat mengulang-ulang hal
tertentu, memperpanjang penjelasan atau mengubah teguran menjadi ocehan yang
panjang.
F. Masalah-masalah dalam Pengelolaan Kelas
Menurut Handoyo terdapat dua macam masalah dalam pengelolaan kelas yaitu
masalah individu dan masalah kelompok.
1. Masalah
Individu/Perorangan
·
Tingkah laku yang ingin
mendapatkan perhatian orang lain (attention getting behavior), misalnya
bertindak serba lamban sehingga perlu mendapat pertolongan ekstra.
·
Tingkah laku yang ingin
menunjukkan kekuatan/berkuasa (power seeking behaviors), misalnya
kehilangan kendali emosional ( marah-marah,menangis atau selalu lupa pada
aturan di kelas ).
·
Tingkah laku yang menyakiti
orang lain/balas dendam (revenge seeking behaviors), misalnya mengejek
dan menghina orang lain.
·
Tingkah laku yang menunjukkan
ketidakmampuan (displaying indequacy), yaitu selalu menolak untuk
mencoba melakukan apapun karena yakin bahwa pasti gagal.
2.
Masalah
Kelompok
·
Anggota kelompok tidak kompak
dalam bekerja sama
·
Anggota kelompok tidak
mematuhi aturan kelompok
·
Bersikap negatif terhadap
kelompok
·
Sikap mendukung bila ada
anggota kelompok yang bertindak menyimpang
·
Mengganggu kelancaran kegiatan
kelompok
·
Mogok tidak bersedia melakukan
kegiatan kelompok
·
Tidak dapat menyesuaikan diri
G. Pendekatan-pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
Menurut Djamarah dan Zain (2006: 179-180) pendekatan dalam pengelolaan
kelas adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan
Kekuasaan
Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk
menaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati
anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya.
2. Pendekatan
Ancaman
Dari pendekatan ancaman ayau intimidasi, pengelolaan kelas adalah sebagai
suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol
tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberikan ancaman, misalnya
melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
3. Pendekatan
Kebebasan
Dalam pendekatan kebebasan, pengelolaan diartikan ssecar suatu proses untuk
membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan
dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak
didik.
4. Pendekatan
Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu
daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh
dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di
kelas.
5. Pendekatan
Pengajaran
Pendekatan ini beranggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan
pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan
memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah.
6. Pendekatan
Tingkah Laku
Dalam pendekatan ini peran guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik
yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.
7. Pendekatan
suasana emosi dan Hubungan Sosial
Menurut pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan
iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas.
8. Pendekatan
Proses Kelompok
Proses kelompok adalah usaha guru mengelompokkan anak ke dalam beberapa
kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta kelas yang
bergairah dalam belajar.
9. Pendekatan
Elektis atau Pluralistik
Pendekatan elektis atau pluralistik adalah pengelolaan kelas yang berusaha
menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat
menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar
mengajar berjalan efektif dan efisien.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
“ Perencanaan Proses
Belajar Mengajar “ merupakan salah satu strategi untuk mengembangkan aktivitas
pembelajaran dimana dalam mengembangkan strategi ini diperlukan media-media
yang dapat dijadikan sebagai alat bantu pembelajaran, selain itu juga tidak
kalah pentingnya strategi dalam pengelolaan kelas karena pengelolaan kelas
merupakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana belajar yang
efektif.
Tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan fasilitas bagi bermacam-macam
kegiatan belajar mengajar sehingga siswa terhindar dari
permasalahan-permasalahan yang mengganggu dalam proses belajar mengajar.
3.2. Saran
Penulis berharap “ Perencanaan Proses
Belajar Mengajar dan Pengelolaan Kelas “ yang telah disajikan dalam bab
pembahasan dapat dijadikan referensi ataupun tambahan wawasan bagi pembaca
sehingga dapat membedakannya dan dapat menerapkannya secara tepat dengan tujuan
memajukan pendidikan di Indonesia.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar